Free SpongeBob ani - Busy Cursors at www.totallyfreecursors.com

Jumat, 15 Mei 2015

KERATONAN bukan KERATON

    Pasti kalian gak asing sama yang namanya KERATON.
Tapi kali ini saya bahas tentang KERATONAN bukan KERATON, ada yang tau bedanya?
Kalau KERATON adalah daerah tempat seorang penguasa (raja atau ratu) memerintah atau tempat tinggalnya (istana), sedangkan KERATONAN adalah sebuah kampung di luar tembok Keraton Surakarta yang konon ditinggali abdi dalem yang loyal terhadap raja. Letaknya sendiri berada di tengah kota, hampir setiap orang pernah melewati kawasan tersebut. 
Kebetulan saya bersama temen saya Prilla Audina mengikuti jelajah bersama blusukan solo menelusuri beberapa tempat yang ada di Keratonan yaitu, Ndalem Hadiwijayan, Ndalem Hardjonagoro atau Rumah Go Tik Swan. Tapi sayangnya kami terlambar jadi ada sedikit materi yang tertinggal.
     Objek kami yang pertama di Ndalem Kanjengan, disini dinamakan Kanjengan karena yang menempati dahulu seorang Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV, dan sekarang kediamannya ditempati oleh anak turunnya setelah rumahnya di daerah Kepatihan dibakar saat agresi militer Belanda ke-2, sehingga keluarga beliau terpaksa keluar dari kompleks Kepatihan. Raden Adipati Sostrodiningrat IV adalah pendiri Museum Radya Pustaka yang didirikan oada masa pemerintahan Pakubuwono IX pada tanggal 28 Oktober 1890 yang bertepatan di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta. Dan pada tanggal 1 Januari 1931, kala itu museum merupakan kediaman seorang Belanda bernama Johannes Busselaar.
Ndalem Kanjengan
      Lokasi selanjutnya yaitu kediaman M. Hardo, saudagar pembatik di Jalan Madukoro dan salah satu bagunannya dibuat tempat kuliner makanan khas deso yaitu, Sego Kalong
Kediaman M. Hardo yang tidak produksi lagi
Ndalem Hadiwijayan
     The next, Ndalem Hadiwijayan konon bekas kediaman Pangeran Hadiwijaya, putra Pakubuwono X namun kami tidak diperbolehkan masuk. Jadi hanya didepan pintu besar yang kokoh berdiri, dan didepannya dibalut oleh semak-semak rumput yang tinggi tidak terawat dan bangunan ini dinyatakan bangunan cagar budaya oleh pemerintah kota Surakarta dan yang paling penting bangunan ini eks Saraswati sekolah UNS.





 
     Lokasi selanjutnya penuh dengan misteri, yaitu Ndalem Joyokusuman yang merupakan bekas kediaman Jayakusuman, putra Pakubuwono X tepatnya di Desa Gajahan. Bagunan tersebut dibangun pada tahun 1939 dengan gaya arsitec modern tapi sayangnya tidak terawat. Di depannya saja kami disapa dengan megahnya pintu masuk, bagaimana didalamnya?

Pandapa Joyokusuman
 Didalamnya terdapat pandapa dengan halaman yang sangat luas, menurut saya sendiri bangunannya lebih bagus dibandingkan di keraton. Namun sayangnya bangunan ini tidak ada kejelasan tentang kepemilikannya sehingga kurang terawat dan bangunannya sudah mulai merapuh. Konon, pada awal 2000 bangunan ini sempat dijadikan cafe tapi sang pemilik terjerat korupsi sehingga menjadi tanah sengketa.
Semak blantara
     The last, kami melanjutkan blusukan ke kediaman Go Tik Swan atau lebih sering dikenal dengan nama K.R.T. Hardjonagoro. Beliau seorang budayawan dan sastrawan Indonesia yang dilahirkan sebagai putra sulung keluarga Tionghoa yang tinggal bersama kakeknya sejak kecil hingga melanjutkan sekolahnya di Neutrale Europesche Lagere School bersama warga kraton, anak ningrat, dan anak pembesar Belanda. Karena beliau sangatlah talented dan memicu Soekarno menjadi dekat dengannya. Bahkan Go Tik Swan disuruh untuk membuat motif Batik Indonesia.
Lukisan Soekarno
Di kediaman Go Tik Swan kami disambut oleh Bapak Soewarno dan Ibu Supiyah. Kami dipersilahkan masuk untuk melihat proses pembuatan batik, dan keris. Batik-batik yang di jual disana berkisar 600ribu-hingga 7jutaan. Didalam kediamannya banyak barang-barang peninggalan sejarah bahkan ada pandapa didalam rumahnya, tidak hanya itu disana ada lukisan buatan Bapak Soekarno. Gak bakalan bosen maupun terasa jika waktu kita dihabiskan disana karena didukung oleh udara yang sejuk.
Pembuatan Keris

Pembuatan Batik

Senin, 23 Februari 2015

Jogja Istimewa Ketenye


 DIY, daerah istimewa yogyakarta, dari namanya aja udah istimewa apalagi dalemnya.
Senin, 23 Februari 2015 saya ditemani dua teman bolang saya, Prilla Audina dan Swastika Ira.
Setelah mengerti seluk beluk Kraton Hadiningrat Surakarta, kita tertarik juga dengan seluk beluk Kraton Yogjakarta.
Esok hari kita bertiga melangkah mengawali perjalanan libur panjang dari Salatiga, kota tertua. Dari Salatiga kita memulai perjalanan ke Solo naik bus, selanjutnya kita ke Stasiun Purwosari untuk membeli tiket solo-jogja dan kebetulan kita mendapatkat kreta prameks yang berangkat pukul 09.17 WIB. Perjalanan via kreta kita jalanni dan hingga di Stasiun Tugu Jogja pukul 10.24 WIB.
Kembali ke rencana awal kita akan ke Kraton Jogjakarta dan Taman Sari.
Dari stasiun kita jalan ke arah Jl. Malioboro untuk naik Trans Jogja dan turun di jalur malioboro 3 dan jalan sekitar 1km. Buat kalian yang ingin ke Kraton dari stasiun sebaiknya naik becak atau andong saja jadi gananggung. Abis itu kita langsung masuk kraton. Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat) merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta yang sekarang dipimpin oleh Sultan Hamangku Buwono XIII. Kraton jogjasih gasebesar keraton solo, tapi menurutku di kraton jogja lebih bersih dan gasemua pustaka dipamerkan.
kraton tampak depan
bangunan kraton yang ada di uang 1000 rupiah
Kita tidak menghabiskan waktu lama di kraton, mungkin karena guidenya kurang aseek. Kita melanjutkan perjalanan ke Taman Sari. Taman Sari merupakan bangunan komplek kraton jogja berupa kolam, konon dulu sebagai tempai pemandian raja yang dibangun oleh Hamangku Buwono 1
Sebenanya lingkup Kraton Jogja sangat besar, tapi sayangnya lahan yang luas itu diselai oleh rumah-rumah penduduk. Selain kolam terdapat masjid bawah tanah yang dulunya dibuat ibadah raja dan memiliki banyak lorong.
masjid bawah tanah
lorong
Menit demi menitpun berlalu, tak terasa waktu telah memanggil kita untuk segera kembali ke Salatiga walaupun kita belum cukup puas. Kita mengakhiri perjalanan di jogja dan menuju ke Stasiun Tugu kembali menggunakan becak. Sesampai disana kita ketinggalan kereta 15menit dan harus menunggu selama 2jam. Penantian panjang berselimut dinginnya hujan tak terasa, sekitar pukul 4 kita meninggalkan jogja menuju Stasiun Purwosari dan perjalanan kita tutup menggunakan bus menuju Salatiga.
bonus pap dari kita

Sabtu, 03 Januari 2015

Dua Gunung Seribu Pengayak

Sabtu, 3 Januari 2015
Pagi hari yang cerah ini saya awali langkah vacation bersama partner in mafia saya yaitu, Prilla Audina. Disinilah tekat kami untuk menjelajah kota dengan slogan 'The Spirit Of Java' yang berbalut dengan berbagai tradisi dan kebudayaan yang masih melekat hingga sekarang. Tradisi yang ingin saya public saya ini sekaten dan grebeg maulud.
Sekitar pukul 8.30 kami telah sampai di Kraton Hadiningrat Surakarta suasana disana sudah cukup padat dengan ribuan warga yang antusias untuk menantikan tradisi gunungan sekaten. Melihat sekaten adalah pengalaman pertama kami, wajar sajalah kalau kami linglung tak tau arah. Awalnya kami dikira pers berkat kamera yang terkalung dileher kami, sehingga kami ditawari pita berwarna merah dan kuning yang identik dengan bangsawan kraton. Tapi sayangnya kita tidak mengenakai rok sehingga tidak boleh masuk. Disana kaum wanita disarankan untuk mengenakan rok, mungkin itu salah satu bentuk rasa miyayeni. Rok bukanlah kendala kita, rasa sok kenalpun muncul dari diri kami dan dari sok kenal itu kami dicarikan jalan oleh bapak LINMAS.

Back to Sekaten, What the meaning of sekaten?
Sekaten adalah upacara perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara ini berlangsung selama 7 hari, yang di tahun ini jatuh pada tanggal 28 Desember-3 Januari 2015. Sekaten merupakan tradisi peninggalan dari Kerajaan Demak. Konon, nama Sekaten berasal dari bahasa Arab, yaitu syahadatain. Ternyata, upacara Sekaten sangat erat dengan sejarah penyebaran agama Islam di Solo.

Selain itu, terdapat pasar malam dalam perayaan Sekaten. Pasar malam berlangsung selama perayaan Sekaten, bahkan berminggu-minggu sebelumnya. Pasar malam tersebut berada di alun-alun utara Surakarta. Di dalam pasar malam, ada banyak jenis permainan seperti, komedi putar, odong-odong, dan masih banyak lagi. Serta banyak penjual makanan yang menjajakan kuliner-kuliner khas Solo.
suasana menunggu gunungan keluar dari kraton


Malam puncak sekaten disebut juga Grebeg Maulud yang bertepatan pada tanggal 3 Januari 2015 atau tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Islam. Grebeg Maulud terdapat gunungan yang berisi hasil bumi, kali ini mengeluarkan dua buah gununga yaitu gunungan jaler terdiri dari sayur hasil bumi, seperti kacang panjang, terong, wortel, cabai, sawo dan tomat. Dan gunungan Estri, berupa rengginang. Yaitu nasi yang dikeringkan dan aneka masakan lauk pauk. Kedua gunungan tersebut pertanda syukur dari raja kepada rakyatnya

Ribuan warga berebun gunungan
Dua pasang gunungan diarak oleh ratusan abdi dalem, dengan rute Kori Kamandungan (pintu utama keraton)-Sitihinggil-Pagelaran-Alun-alun Utara hingga halaman Masjid Agung. Iring-iringan dikawal oleh prajurit keraton dan barisan marching band keraton. Tetap pukul 10.00 WIB gunungan keluar dari pintu kraton dan sampai di masjid pukul 11.15 WIB, gunungan yang dijajar di halaman masjid, didoakan oleh beberapa ulama keraton. Namun belum usai didoakan ribuan warga merangsek ke halaman masjid, untuk berebut isi gunungan. Seperti perayaan Sekaten sebelumnya, dua pasang gunungan tersebut ludes dalam waktu singkat. Hasil bumi yang berada di dalam gunungan dipercayai menyimpan banyak rezeki dan berkah

Barisan Marchingband dan Prajurit Kraton